Minggu, 18 Januari 2009

LUNTURNYA BUDAYA LOKAL AKIBAT GLOBALISASI (KEBUDAYAAN SUNDA YANG TERMAJINALKAN)

Globalisasi adalah sebuah konsep berwajah banyak. Selain memilki wajah geopolitik dan teknologi, ia juga memiliki wajah ekonomi dan budaya. Sepintas lalu, terutama bila dilihat dari sudut geopolitik dan teknologi, globalisasi tampak sangat masuk akal. Sebagaimana dikemukakan Ohmae (1991), salah satu cirri globalisasi adalah semakin menipisnya batas-batas kenegaraan. Sebuah produk yang semula dibuat secara penuh oleh sebuah perusahaan yang berlokasi di suatu wilayah Negara tertentu, kini dirakit dengan menggunakan beragam suku cadang yang dibuat oleh beragam perushaan yang berlokasi di banyak Negara.
Globalisasi adalah proses di mana hubungan social dan kesalingtergantungan antarnegara dan antarmanusia semakin besar. Untuk lebih memahami pengertian globalisasi secara lebih jelas, mari kita simak pengertian-pengertian globalisasi di bawah ini:
1. Globalisasi mengacu pada keseberagaman hubungan dan kesalingterkaitan antara Negara dan masyarakat yang membentuk system dunia modern. Globalisasi dimana peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain. (A.G. McGrew (1992).
2. Menurut Wikipedia Encyclopedia, globalisasi adalah sebuah istilah yang menjelaskan perubahan-perubahan dalam masyarakat (changes) dan dalam perekonomiandunia yang dihasilkan oleh meningkat pesatnya perdagangan dan pertukaran kebudayaan.
3. Serangkaian proses yang mengarah pada integrasi ekonomi, budaya, politik dan social melintasi batas-batas geografis (www.hsewebdepot.org/imstool/GEMI.nsf/WEBdocs/Glossari)
Sedangkan pengertian kebudayaan adalah, menurut para ahli.
1. Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (E.B Tylor)
2. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

Sedangkan berkat kemajuan teknologi, terutama teknologi komunikasi, kendala ruang dan waktu kini relative sudah bukan merupakan hambatan yang terlalu besar bagi umat manusia. Sebuah peristiwa yang terjadi di sebuah pelosok dalam suatu wilayah Negara tertentu, kini dapat dengan mudah diikuti secara langsung melalui siaran televise dari wilayah Negara lainnya. Dengan atau tanpa kabel, komunikasi antar berbagai lokasi di muka bumi kini dapat dilakukan dengan mudah. Pendek kata, dilihat dari segi kelancaran dan penghilangan sekat-sekat komunikasi, globalisasi memang tampil mencengangkan dan patut disambut dengan penuh antusias.
Persoalan muncul ketika globalisasi dilihat dari sudut akonomi dan budaya. Namun dalam pembahasan kita kali ini lebih kepada budayanya. Dilhat dari sudut budaya, fenomena dominasi ekonomisegelintir kaum berpunya tentu memiliki dampak yang sangat serius terhadap perkembangan kebudayaan di Negara-negara dan masyarakat miskin di dunia. Sejalan dengan semakin meningkatnya dominasi para pemodal yang berasal dari Negara kaya tertentu terhadap perkembangan ekonomi dunia, perkembangan kebudayaan di seluruh dunia pun turut terseret mengikuti selera dan kepentingan mereka.
Produk-produk kebudayaan yang semula mengandung nilai sacral, oleh para pemodal internasional dipilah dan dikemas sedemikian rupa menjadi komoditas yang dapat di komersialkan. Kegiatan ritual kebudayaan tertentu diubah menjadi objek tontonan. Sedangkan produk-produk kebudayaan yang tidak dapat dapat dikomersialkan digusur kebelakang, sehingga kehilangan tempat dalam ranah kehidupan sehari-hari kelompok masyarakat yang menciptakan produk kebudayaan yang bersangkutan.
Dampak kultural globalisasi mendapat banyak perhatian dari para ahli. Citra, gagasan, dan gaya hidup yang baru menyebar dengan begitu cepat keseluruh pelosok dunia lebih daripada sebelumnya. Perdagangan, teknologi informasi yang baru, dan migrasi global telah memberi konstribusi bagi penyebaran budaya pop. Contoh saja mengenai kesuksusan film Titanic. Dibalik tema sentral itu adalah kemungkinan cinta romantis antara dua orang dari kelas dan tradisi yang berbeda. Film Titanic dianngap berusaha menyebarkan nilai baru soal perkawinan dan hubungan antarpribadi.


Analisa kasus
Kali ini kelompok kami mengambil contuh budaya daerah sunda yang mengalami pergeseran akibat globalisasi. Suku Sunda merupakan suku yang berada di provinsi Jawa Barat. Suku sunda banyak memiliki budaya, yang akhir-akhir ini mulai terlupakan karena alasan kuno. Anak-anak muda pahryangan sudah lupa akan budayanya sendiri, kalaupun kesenian daeranya dipentaskan yang nonton hanya orang-orang tertentu. Contohnya :
 Setiap acara hajatan seperti pernikahan dan sunatan, hiburan yang digunakan biasanya adalah Wayang Golek,Bangreng dan teater sunda namun sekarang posisinya telah tergantikan oleh Band, orgen, dangdutan dan bioskop.
Wayang golek awalnya merupakan sarana dakwah yang digunakan oleh para Walisongo, agar dakwahnya diterima masyarakat. Wayang Golek merupakan perpanjangan dari Wayang Kulit. Seni Wayang Golek mengandung Siloka. Artinya, di setiap pementasan yang dilakukan dalang diselipkan kata-kata bermakna dan bijak agar memberikan pelajaran moral bagi para penonton.
Sedangkan Bangreng adalah murni kesenian tradisional yang sering dipentaskan kala panen tiba sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan.
 Anak-anak lebih mengenal dan mafhum terhadap mainan modern seperti play station daripada jajangkung dan ucingprit.
Jajangkung atau lebih dikenal dengan enggrang merupakan mainan yang terbuat dari bambu sebagai pijakan kaki sehingga kita menjadi tinggi.
Ucingprit adalah permainan kucing-kucingan, biasanya bermain kejar-kejaran.
 Dalam hal kuliner orang sudah mulai meningggalkan Jalabria, Getuk Lindri yang dianggap kampungan dan beralih kepada Dunkin Donat, KFC, ataupun eskrim.
Jalabria merupakan makanan yang mengandung karbohidrat, gula dan cingcau yang bermanfaat sebagai anti oksidan.
 Lebih bergengsi minum koka kola di jalan daripada bajigur.
Bajigur dan bangrek adalah minuman yang terbuat dari jahe dan gula merah. Bedanya, kalau bajigur lebih kental gula merahnya sedangkan bangrek jahenya lebih terasa.
 Alat-alat music music modern lebih lihai dimainkan daripada gendang, seruling, kecapi, dan angklung.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Ada beberapa factor sehingga budaya sunda itu mulai tergantikan dengan budaya barat.
 Pengaruh besar dari televisi, internet dan media lainnya. Hampir dari setengah waktu mereka bersinggungan dengan benda semacam itu. Media, yang didalamnya televisi mempunyai andil besar dalam pergeseran budaya local. Tontonan yang vulgar, penyebaran budaya asing, dan sedikitnya tayangan yang membahas budaya local.
 Pergaulan. Pergaulan mempunyai andil dalam merubah pola pikir anak muda. Kehidupan glamoritas dan pergaulan bebas. Sehingga norma-norma yang tinggi tak diindahkan.
 Orangtua tidak memperkenalkan budaya sunda kepada anak-anak mereka. Padahal perkenalan sejak dini dapat menumbuhkan minat anak-anak terhadap budaya local. Apalagi terjadi perkawinan silang. Contoh, orang sunda dan orang jawa menikah dan anaknya yang dilahirkan tidak mengetahui budayanya sehingga budaya sunda diacuhkan dan budaya jawa ditinggalkan.
 Sesama orang sunda jarang menggunakan bahasa daerahnya.
Itulah beberapa kegelisahan yang dirasakan oleh kelompok kamiterhadap budaya kita bangsa Indonesia umumnya dan suku sunda khususnya. Untuk itu, kami berusaha menyodorkan sulusi agar budaya kita mampu bersaing dengan budaya asing.
1. Pengenalan budaya sejak dini. Orangtua memiliki otoritas dalam hal menanamkan nilai-nilai budaya kepada anaknya. Diharapkan anak usia dini mengenal budayanya
2. Televisi sebagai media penyalur budaya local haris lebih dominan. Tayangan-tayangan mengenai budaya local sangat jarang kita temukan. Contoh, Pagelaran wayang golek di TPI hanya beberapa jam dan itupun tengah malam.
3. Pemerintah lebih gencar dalam menkampanyekan budaya-budaya local baik ke dalam maupun luar negeri.
4. Apresiasi kepada seniman dalam bentuk nyata. Daalam artian bahwa bukan piagam saja namun dari segi finansial juga.
5. Semua pihak harus memiliki kesadaran, kebanggaan dan kepemilikan atas hasil kebudayaanya.
Kawan-kawanku sekalian, sebagai anak Hubungan Internasional, kampanyekan budaya kalian.
Terima Kasih
DAFTAR PUSTAKA
Bahaya Globalisasi Neoliberal Bagi Negara-negara Miskin, makalah oleh Drs. Revrisond Baswir.
Kewarganegaraan SMA jilid 3
Soekanto, Soerjono. Sosiolologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar