Sehari lalu, semalam saja, dipantai yang selalu menjadi saksi. Sekumpulan mahasiswa yang menamakan dirinya anak Ideologis Muda Muhammadiyah berdialektika menemukan formulasi yang tepat untuk kinerja setahun ke depan. Wajah santai, penuh canda tawa, serius dalam berpikir mewarnai forum Musyawarah Bersama Komisariat yang diadakan di Tanjung bayam, 12-13 Februari 2011.
Sesuai tema “membanting kemurungan, gelorakan semangat. Panca Raga Eka Jiwa”, Musykom kali ini mengisyaratkaan sebuah kondisi kritis yang membayangi eksistensi IMM mazhab Tamalanrea (istilah sahabat). Kondisi lima komisariat ibarat jari-jari tangan yang merenggangkan genggaman karena sudah “termakan usia”. Sejatinya, ghirah serta cita-cita membangun kembali kejayaan historis yang sempat tertidur tak pernah padam. Kita hanya perlu saling mengingatkan bahwa perjuangan itu indah. Upacara pembukaan yang sempat larut tidak menurunkan semangat karena dibalas dengan makan malam yang hangat dan lezat. Hadir pula Immawan-Immawan dari beberapa komisariat universitas lain, Cabang, dan SC. Pidato iftitah dari Pimpinan Cabang dan Koordinator Komisariat dan diselingi canda dari para musyawirin memecah kebisingan pantai.
Agenda berikutnya pembacaan tata tertib dengan sedikit perubahan dari para musyawirin tentang penggunaan pilihan kata. Tidak substansial namun penting katanya, contohnya antara akronim PK dan Pikom mana yang lazim digunakan atau sesuai dengan tanfidz. Apapun akronimnya, yang penting orang paham maknanya (seperti iklan produk). Berlanjut ke LPJ pertiap komisariat. Di awali oleh Pikom Eksotik yang diwakili oleh Ketum dan Sekum. Bahasa yang digunakan singkat, menghibur, intektualment, dan inti pokoknya menpertanggung jawabkan apa yang sudah atau belum dilakukan. Diteruskan oleh Komisyariat Hukum dan Ilmu Budaya. Untuk Komisariat ATM dan Komisariat Medik diwakili oleh Koordinator Komisariat karena berhalangan hadir. Beberapa pertanyaan mucul untuk menggugat, mengagumi serta memberika konsep ideal kepada tiap-tiap LPJ namun tetap santun, sopan dan menggelitik sesuai ciri khas IMM Unhas.
Malam ahad itu telah mencatatkan rekor Muri bahwa untuk pertama kali sejak keruntuhan telah terjadi deadlock di forum IMM Unhas. Sebuah pergulatan ide, penyamaan konsep serta solusi untuk masalah yang terlontar. Ini bermula dari penyampaian BP yang kala itu diwakilkan oleh Koordinator Komisariat karena ditunjuk langsung oleh SC. Apakah IMM Unhas akan tetap berlima raga atau berdifusi menjadi satu kekuatan. Betul-betul ruangan ini dipenuhi argumentasi yang sama-sama kuat untuk berada pada posisi masing-masing. Hanya saja kita harus melihat masalah ini secara paripurna tidak parsial. Dimana letak masalah inti dan apa-apa saja masalah turunan, karena selain itu banyak hal yang harus dituntaskan. Sekali lagi, Pekerjaan rumah masih menumpuk.
Akhirnya forum ini berdialektika hingga shubuh dan dilanjutkan pukul delapan pagi. Namun hingga “peluit” panjang tanda skorsing sidang berbunyi hingga perpanjangan waktu, kami belum menemukan titik temu antara beberapa pilihan praksis. Ternyata pemilik pondok sedang menunggu bayaran dan mengingatkan bahwa batas pemakaian hingga pukul Sembilan pagi. Sehingga SC memutuskan untuk menunda beberapa agenda hingga batas waktu yang tidak ditentukan dan sepenuhnya berada pada tangan PC IMM Makassar.
Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari Musykom kali ini. Jangan terlalu lama berkontemplasi dan Kita seharusnya bersyukur memiliki ladang untuk beramal dan silahturahIMM. Intinya adalah kita harus bisa mewarnai dalam bingkai trilogy gerakan sebagai ciri khas ikatan. Dalam proses panjang ini kita telah menyusun mozaik-mozaik kemenangan. Tetap semangat karena lelah adalah hadiah.
Billahi fi Sabillihaq, Fastabiqul Khairat. Jayalah IMM Jaya!
Citizen Reporter
Minggu, 13 Maret 2011
BAHASA DAN IKLAN YANG MENYESATKAN
Pandangan kita sekarang tak pernah luput dari serangan iklan. Iklan tentulah bagus untuk menekan harga serta memulai dan memperbesar usaha. Masalah muncul kemudian ketika bahasa iklan tidak lagi sekedar memperkenalkan atau memuji-muji barang dan jasa pengiklan. Ada beragam taktik yang banyak dipakai sekarang untuk menyesatkan pelanggan sehingga membeli barang atau jasa yang tidak sesuai dengan harapannya.Obral dengan ungkapan up to atau sampai adalah salah satu yang paling umum dijumpai. Diskon up to 70% biasanya berarti bahwa dari 10.000 barang yang ditawarkan, ada 10 yang harganya dipotong 70 persen, 9.990 lagi dipotong kurang dari itu atau tidak sama sekali. Dalam banyak kasus, harga asli pun sudah lebih dahulu dinaikkan sebelum rabat. Ada lagi diskon 50%+20%. Pelanggan yang mengerti aturan penulisan dalam matematika maupun fisika untuk penjumlahan akan mengira ini 70%. Namun, yang dimaksud rupanya adalah 60%, yakni 50% ditambah dengan 20% dari 50%.Begitu pula sambungan internet up to 1 Mbps-satu juta bit per detik-berarti kadang-kadang kecepatan unduh pelanggan akan mencapai angka itu, tetapi biasanya hanya separuh atau bahkan kurang. Apabila pelanggan mengeluhkannya, penyedia ISP selalu beralasan bahwa penyebab kelambatan itu ada diluar kekuasaannya atau kemungkinan besar masalahnya ada pada computer atau kabel di dalam rumah pelanggan sendiri!Pembuat perangkat computer juga sering mencapur adukkan standar dunia computer (biner atau basis-2) dengan standar metrik (desimal atau basis-10) yang berbeda. Misalnya, kalau teman-teman membeli cakram keras yang diiklankan sebesar 1 gigabyte (GB), yang Teman-teman dapat biasanya bukan yang seharusnya 1.073.741,824 bytes (B), melainkan 1.000.000.000 B saja. Itulah sebabnya computer akan menunjukkan, kapasitas cakram keras itu hanya 0,93 GB, kurang 7 persen dari yang dijanjikan! Atau kita sering dengar kurang karena sudah dipakai karena telah diinstal, itu bohong!!!Kadang pula ada biaya tersembunyi atau tersamar. Banyak harga makanan restoran misalnya diiklankan tanpa biaya pajak dan tip wajib, service charge. Operator seluler pandai beriklan tentang harga murah pulsanya, tetapi boleh dikata tidak ada yang menyatakan bahwa harga terendah biaya telepon dibatasi oleh masa berlaku pulsa aktif. Apabila harag pulsa Rp 10.000 berlaku dua minggu, paling tidak teman-teman tetap harus mengeluarkan uang sebesar itu setiap dua minggu, sekalipun operator menetapkan biaya panggil dan SMS Rp 0!Barang kemasan pun bisa dipakai untuk menipu. Isi semut tapi kotaknya sebesar gajah, ckckckckckckckc. Belum lagi tawaran menggiurkan dengan syarat “syarat dan ketentuan berlaku” dan jangan lupa, hadiah menawan “selama persedian masih ada”.Dalam banyak kasus iklan menyesatkan tidak bisa dibuktikan. Namun, iklan berdampak menyesatkan karena memanfaatkan psikologi atau budaya pelanggan itu sehingga ia mengambil kesimpulan yang keliru, tetapi sesuai dengan kehendak pengiklan. Disinal peran perlindungan dari lembaga konsumen, DPR, dan pemerintah sangat diperlukan. Yang ini tidak perlu studi banding sebab studi banding menyesatkan juga: “jalan-jalan ke luar negeri dengan uang negara”. Syamsudin Berlian, KOMPAS.
KKN (KEPITING, KERANG,dan NELAYAN)
Case1: berburu tempat
Kulanjutkan kisahku dalam gelombang pasang lautan yang penuh nelayan. Universitas yang yang telah menjadi rumahku selama tiga tahun menempatkanku di sebuah desa yang yang mirip pulau.Sisi dari desa ini dikelilingi pantai dan muara sungai, sehingga hanya jembatan yang menghubungkannya dengan daratan lain. Ini segera mengingatkanku terhadap jembatan Bosporus yang menghubungkan Turki bagian Eropa dan bagian Asia.Jembatan yang mengabunggkan dua benua yang berbeda. Mungkin anda akan bertanya,dimana kesamaanya, namun entahlah terlintas saja di pikiranku.
Nama desa itu sungguh asing ditelingaku. Butuh beberapi kali lidah mengucap, dan butuh berulangkali gendang telinga bergetar ketika nama itu disebutkan sehingga otakku menjadi akrab dengannya. Nama desa itu Angkue, terletak di Kecamatan Kajuara, Kabupaten Bone.
Pijakan pertama di tanah bugis itu tidak kulakukan bersama teman-teman rombongan. Keterlambatanku datang bersama rombongan di desa tersebut bukan tanpa alasan. Hasil penelitian selama tiga bulan akan disediakan dalam presentasi di gedung rektorat, lantai dasar,yang bertepatan dengan pelepasan rombongan oleh seorang yang sering dipanggil PR III. Diskusi serta bahan telah rampung tadi malam. Seakan di pundakku terpampang bintang lima symbol para panglima dengan sejuta pasukan kudanya. Aku siap bertempur, itu kataku mantap.
Faktor lain yang membuat terlambat adalah kedatangan tante dari Papua. Perbedaan jam terbang, minimnya pengalaman mereka di Makassar hingga membawa sepupuku yang imut yang usia masih sangat belia menyebabkan aku menunda keberangkatan hingga esok hari. Kupersiapkan kamar ber-AC di sebuah penginanapan yang dekat dengan tempat parkir para burung besi. Legaku terbang bersama tante yang selamat hingga tempat tujuan dengan lukisan senyuman sepupu mugilku.
Isu bahwa diriku masih di Makassar tercium oleh seorang mahasiswi yang berada dalam satu kecamatan. Yanti nama pangilannya. Pintanya agar membawakan laptop yang tidak sempat dibawa karena kecurigaan berlebih akan ditempatkan dalam desa yang tidak tersengat listrik.Kebetulan ia satu pondokan dengan kawan alumniku, yang membimbingku pertemukan dengan barang titipan itu. Tak kusangka dan tak terkira, ia memintaku membawakan boneka hijau, tidak ada boneka tidak bisa tidur. Lebih tepatnya nyawa tidurnya berada pada boneka hijau tersebut. Sontan ku tolakmentah-mentah, atau kalau perlu kotolak matang-matang. Dirimu pasti tau alasannya
Selepas mentari berada pada puncaknya, dalam pikiranku Hasbi telah siap mengantarku ke terminal. Sebelumnya pintaku tepat jam sebelas sesuai perkiraan awal bahwa aku tidak mengantarkan kembali sepupu mungilku itu. Dalam kegelisahanku yang ingin segera mencium udara bone, ternyata ia sedang berbaring menatap layar segi empatnya.
"kukira kau sudah enyah dari sini" dengan senyum tergambar mulus dalam guratan keras wajah aktivis.
"bisakah kau lunasi janjimu tadi kawan?" kataku lirih, dan berharap ia mengangguk pasrah. Dengan jiwa kritisnya ia menjawab"janjiku padamu sebelum bayangan berada di bawah bendanya".
"maaf karena kupunya hajat lain dalam pundakku" tangkisku. "oh ya, tunggu saja dalam gelisahmu, kutunaikan dulu hak badan dan pakaianku untuk menyentuh air" balasnya.
Aku menuju lokasi menaiki mobil panther yang rada butut dimakan usia dan jalan raya. Bunyi serta guncangannya sudah tidak erotis. Ibarat manusia yang terkena penyakit encok peugel linu,masih mampu untuk berjalan walaupun lambat. Jalanan rusak menjadikan mobil sebagai tempat dugem dengan music yang tak berirama. Dalam perjalanan yang menghabiskan lima jam lebih dari hariku, telah kulihat tempat-tempat yang sedikit asing bagiku. Sesekali kepalaku bersandar untuk sekedar menutup mata. Tak kupedulikan suara-suara berisik yang melengkapkan kemalangan mobil ini. Kadang mataku mengawasi setiap jalan untuk melihat spanduk mahasiswa KKN yang terpampang didepan rumah penduduk, sampai pegeul leher menengok.
Matahari sudah perlahan-lahan meninggalkan tahtanya namun aku belum beranjak dari roda yang bergerak ini.Kupertaruhkan kemampuan matematikaku untuk mengukur jarak yang di tempuh dengan waktu yang terbuang, kuyakin sebelum adzan magrib mobil ini istirahat. Namun nyatanya masih menelusuri jalan yang semakin kabur fisiknya akibat minimya cahaya yang dipantulkan. Gelisahku bertambah, entah karena aku belum tahu dimana lokasiku atau mungkin pikiran akan terjadi perompakan padaku. Otakku langsung menerima sinyal gelisah dan terbangun semua ingatanku tentang jurus-jurus karate yang telah kukenal sejak kelas 4 SD.
Handphone di tangan selaluku tatap, kutekan nomor-nomor yang bisa memberiku informasi dimana poskoku.Tempat yang tidak pernah aku jamah sebelumnya memberiku dorongan untuk selalu berkomunikasi. Teman HI-ku yang berada dalam satu kecamatan menyesalkan ia berada di atas gunung, dingin dan terpencil. Pikiranku mengawang-ngawangmencoba menerka dimana aku ditempatkan dan dengan siapa ku bersama. Sudah siap diri ini dengan segala kemungkinan, walau buruk sekalipun......
Saat tiba dimalam gelap gulita, tumpanganku berhenti di pertigaan yang sering menelan korban tiap tahun depan kantor camat.Sekilat jurus ku tekan beberapa angka.
"adama di depan kantor camat bro!" kataku.
"tungguka, ku jemput ko" balas suara itu
Hmmmmm Akhirnya, sejuta cerita siap menyambutku, Bismillah
Kulanjutkan kisahku dalam gelombang pasang lautan yang penuh nelayan. Universitas yang yang telah menjadi rumahku selama tiga tahun menempatkanku di sebuah desa yang yang mirip pulau.Sisi dari desa ini dikelilingi pantai dan muara sungai, sehingga hanya jembatan yang menghubungkannya dengan daratan lain. Ini segera mengingatkanku terhadap jembatan Bosporus yang menghubungkan Turki bagian Eropa dan bagian Asia.Jembatan yang mengabunggkan dua benua yang berbeda. Mungkin anda akan bertanya,dimana kesamaanya, namun entahlah terlintas saja di pikiranku.
Nama desa itu sungguh asing ditelingaku. Butuh beberapi kali lidah mengucap, dan butuh berulangkali gendang telinga bergetar ketika nama itu disebutkan sehingga otakku menjadi akrab dengannya. Nama desa itu Angkue, terletak di Kecamatan Kajuara, Kabupaten Bone.
Pijakan pertama di tanah bugis itu tidak kulakukan bersama teman-teman rombongan. Keterlambatanku datang bersama rombongan di desa tersebut bukan tanpa alasan. Hasil penelitian selama tiga bulan akan disediakan dalam presentasi di gedung rektorat, lantai dasar,yang bertepatan dengan pelepasan rombongan oleh seorang yang sering dipanggil PR III. Diskusi serta bahan telah rampung tadi malam. Seakan di pundakku terpampang bintang lima symbol para panglima dengan sejuta pasukan kudanya. Aku siap bertempur, itu kataku mantap.
Faktor lain yang membuat terlambat adalah kedatangan tante dari Papua. Perbedaan jam terbang, minimnya pengalaman mereka di Makassar hingga membawa sepupuku yang imut yang usia masih sangat belia menyebabkan aku menunda keberangkatan hingga esok hari. Kupersiapkan kamar ber-AC di sebuah penginanapan yang dekat dengan tempat parkir para burung besi. Legaku terbang bersama tante yang selamat hingga tempat tujuan dengan lukisan senyuman sepupu mugilku.
Isu bahwa diriku masih di Makassar tercium oleh seorang mahasiswi yang berada dalam satu kecamatan. Yanti nama pangilannya. Pintanya agar membawakan laptop yang tidak sempat dibawa karena kecurigaan berlebih akan ditempatkan dalam desa yang tidak tersengat listrik.Kebetulan ia satu pondokan dengan kawan alumniku, yang membimbingku pertemukan dengan barang titipan itu. Tak kusangka dan tak terkira, ia memintaku membawakan boneka hijau, tidak ada boneka tidak bisa tidur. Lebih tepatnya nyawa tidurnya berada pada boneka hijau tersebut. Sontan ku tolakmentah-mentah, atau kalau perlu kotolak matang-matang. Dirimu pasti tau alasannya
Selepas mentari berada pada puncaknya, dalam pikiranku Hasbi telah siap mengantarku ke terminal. Sebelumnya pintaku tepat jam sebelas sesuai perkiraan awal bahwa aku tidak mengantarkan kembali sepupu mungilku itu. Dalam kegelisahanku yang ingin segera mencium udara bone, ternyata ia sedang berbaring menatap layar segi empatnya.
"kukira kau sudah enyah dari sini" dengan senyum tergambar mulus dalam guratan keras wajah aktivis.
"bisakah kau lunasi janjimu tadi kawan?" kataku lirih, dan berharap ia mengangguk pasrah. Dengan jiwa kritisnya ia menjawab"janjiku padamu sebelum bayangan berada di bawah bendanya".
"maaf karena kupunya hajat lain dalam pundakku" tangkisku. "oh ya, tunggu saja dalam gelisahmu, kutunaikan dulu hak badan dan pakaianku untuk menyentuh air" balasnya.
Aku menuju lokasi menaiki mobil panther yang rada butut dimakan usia dan jalan raya. Bunyi serta guncangannya sudah tidak erotis. Ibarat manusia yang terkena penyakit encok peugel linu,masih mampu untuk berjalan walaupun lambat. Jalanan rusak menjadikan mobil sebagai tempat dugem dengan music yang tak berirama. Dalam perjalanan yang menghabiskan lima jam lebih dari hariku, telah kulihat tempat-tempat yang sedikit asing bagiku. Sesekali kepalaku bersandar untuk sekedar menutup mata. Tak kupedulikan suara-suara berisik yang melengkapkan kemalangan mobil ini. Kadang mataku mengawasi setiap jalan untuk melihat spanduk mahasiswa KKN yang terpampang didepan rumah penduduk, sampai pegeul leher menengok.
Matahari sudah perlahan-lahan meninggalkan tahtanya namun aku belum beranjak dari roda yang bergerak ini.Kupertaruhkan kemampuan matematikaku untuk mengukur jarak yang di tempuh dengan waktu yang terbuang, kuyakin sebelum adzan magrib mobil ini istirahat. Namun nyatanya masih menelusuri jalan yang semakin kabur fisiknya akibat minimya cahaya yang dipantulkan. Gelisahku bertambah, entah karena aku belum tahu dimana lokasiku atau mungkin pikiran akan terjadi perompakan padaku. Otakku langsung menerima sinyal gelisah dan terbangun semua ingatanku tentang jurus-jurus karate yang telah kukenal sejak kelas 4 SD.
Handphone di tangan selaluku tatap, kutekan nomor-nomor yang bisa memberiku informasi dimana poskoku.Tempat yang tidak pernah aku jamah sebelumnya memberiku dorongan untuk selalu berkomunikasi. Teman HI-ku yang berada dalam satu kecamatan menyesalkan ia berada di atas gunung, dingin dan terpencil. Pikiranku mengawang-ngawangmencoba menerka dimana aku ditempatkan dan dengan siapa ku bersama. Sudah siap diri ini dengan segala kemungkinan, walau buruk sekalipun......
Saat tiba dimalam gelap gulita, tumpanganku berhenti di pertigaan yang sering menelan korban tiap tahun depan kantor camat.Sekilat jurus ku tekan beberapa angka.
"adama di depan kantor camat bro!" kataku.
"tungguka, ku jemput ko" balas suara itu
Hmmmmm Akhirnya, sejuta cerita siap menyambutku, Bismillah
Langganan:
Postingan (Atom)